


Mereka
kembali ke Liverpool dan tampil lagi secara rutin di Cavern Club tanpa Stuart
Sutcliffe yang memilih mundur dan menetap di Hamburg. Pada saat inilah mereka
bertemu Brian Epstein, pemilik toko musik North End Music Store (NEMS) di
Liverpool, yang mengenal The Beatles karena seorang pelanggannya menanyakan
rekaman My Bonnie yang direkam band ini bersama Tony Sheridan. Epstein
terpesona melihat penampilan The Beatles, dan kemudian menjadi manajer band
ini.
Pertama
kali Brian mencoba menawarkan The Beatles kepada Decca Record, label besar
perusahaan rekaman kala itu. Audisi bisa didapat, hanya saja manajemen Decca
berpendapat bahwa kelompok musik gitar sudah lewat masa tenarnya. Brian
akhirnya bisa mendapatkan audisi bagi mereka di satu label rekaman, Parlophone,
yang sejatinya adalah perusahaan rekaman untuk siaran radiodi bawah pengawasan
EMI. George Martin, manajer Parlophone, setuju dan bersedia menjadi produser dengan
syarat harus mengganti
drummer Pete Best yang dianggap kurang kompeten. Best kemudian digantikan Ringo Starr, drummer asal Liverpool yang sebelumnya bergabung dengan Rory Storm & The Hurricanes. The Beatles meluncurkan singel Love Me Do yang langsung mencapai nomor 17 di tangga lagu Inggris. Singel mereka yang kedua Please Please Me menjadi singel pertama mereka yang mencapai peringkat teratas di tangga lagu.
drummer Pete Best yang dianggap kurang kompeten. Best kemudian digantikan Ringo Starr, drummer asal Liverpool yang sebelumnya bergabung dengan Rory Storm & The Hurricanes. The Beatles meluncurkan singel Love Me Do yang langsung mencapai nomor 17 di tangga lagu Inggris. Singel mereka yang kedua Please Please Me menjadi singel pertama mereka yang mencapai peringkat teratas di tangga lagu.
Kesuksesan
The Beatles terus berlanjut, hampir semua singel mereka mencapai peringkat
teratas di tangga lagu Inggris. Bahkan singel I Wanna Hold Your Hand pada 1964 berhasil
menembus industri musik Amerika Serikat, sekaligus mengawali apa yang disebut
sebagai British Invasion. Sejak saat inilah musik The Beatles tersebar ke
seluruh dunia, meraih sukses di mana-mana, terkenal di setiap penjuru. Konser
mereka selalu dipadati fans yang sangat fanatik, yang mengejar-ngejar band ini
ke mana pun mereka pergi. Teriakan fans membuat The Beatles bahkan tidak dapat
mendengarkan suara mereka sendiri di atas panggung. Popularitas mereka yang
sedemikian tinggi di Inggeris, Amerika Serikat dan dunia, membuat pers pada
1963 memproklamirkan istilah Beatlemania.
Pada
1966, akhirnya The Beatles memutuskan untuk berhenti mengadakan konser. Selain
karena begitu ributnya penonton sehingga musik mereka menjadi tidak terdengar
jelas, musik The Beatles juga telah menjadi amat berkembang sehingga tidak
dapat dimainkan secara langsung dengan teknologi pertunjukan live di masa itu.
Keputusan ini ditanggapi secara luas di dunia, yang menyangsikan kelanjutan
band ini. Namun The Beatles menjawabnya dengan album Sgt. Pepper's Lonely
Hearts Club Band pada 1967, yang hingga kini masih diakui banyak kalangan
sebagai salah satu album terbaik sepanjang masa.
Menyusul
meninggalnya Brian Epstein pada 1967, gelagat perpecahan ditubuh The Beatles
mulai tampak. Lenon tidak menyukai tindakan McCartney yang mengambil alih
kepemimpinan band. Ia tidak respek dengan beberapa proyek yang dipimpin
McCartney, seperti film Magical Mystery Tour dan Let It Be. Lennon juga menjadi
orang yang pertama kali melanggar kesepakatan awal The Beatles untuk tidak
membawa pasangan pada proses rekaman, dengan membawa Yoko Ono saat pembuatan
album White Album pada 1968. Lennon juga orang yang pertama menyatakan ingin
keluar dari The Beatles.
Setelah band ini bubar di tahun 1970, perseteruan antara Lennon dan McCartney
terus berlanjut. Salah satunya adalah Lennon kesal karena McCartney
mendahuluinya dalam menyatakan bubarnya The Beatles. Lennon, Harrison dan Starr
juga melawan McCartney di pengadilan dalam membubarkan band ini.