Telah banyak bukti arkeologis
menyangkut alat musik ditemukan di beberapa belahan dunia. Keberadaannya melekat dengan tahap perkembangan kebudayaan
manusia. Ia telah menjadi bagian dalam upacara keagamaan dan media hiburan dari
manusia-manusia purba. Diyakini, musik sangat berperan penting dalam memelihara
ikatan dan jaringan sosal mereka.
Namun, memastikan kapan manusia mulai
dapat menciptakan alat musik dan menggunakannya dalam kehidupan mereka, masih
menjadi perdebatan.
Bukti arkeologi berupa pipa silinder dengan
tiga lubang di bagian sisi, ditemukan dalam sebuah penggalian di Royal
Cemetery kota
Sumeria Ur oleh
Leonard Woolley pada
1920. Diperkirakan telah beusia 4.500 – 5.000 tahun
dan digunakan oleh bangsa Sumeria yang hidup pada masa itu.
Selanjutnya di situs Jiahu
propinsi Henan, Cina, ditemukan benda sejenis seruling terbuat dari tulang yang
telah berusia 7.000 – 9.000 tahun.
telah berusia 7.000 – 9.000 tahun.
Temuan artefak berupa tulang
ukiran berlubang empat (divje babe flute)
di wilayah barat laut Slovenia oleh arkeolog Ivan Turk pada 1995 yang
diperkirakan telah berusia 43.000 tahun dan diklaim sebagai alat musik tertua
dunia pada saat itu, diragukan status dan spesimennya masuk dalam kategori alat
musik oleh para arkeolog dunia.
Pada 8 Mei 2012, Jurnal of Human
Evolution mempublikasikan hasil penelitian dan penemuan tim arkeologi pada 2009
yang dipimpin Prof. Nicholas J Conrad, arkeolog dari University of Tuebingen, yang
dilakukan di situs gua Geissenkloesterle, hulu sungai
Danube, kawasan Swabian Jura, Jerman.
Mereka merangkai kembali
12 serpihan seruling / flute yang didapat dari tumpukan tulang burung nasar menjadi
sebuah seruling yang panjangnya sekitar 22 sentimeter dengan lima lubang. Berdasarkan
analisa karbon, kalangan ilmuwan meyakini alat musik tiup tersebut berusia
antara 42.000 - 43.000 tahun, dan menjadikannya sebagai alat musik tertua di
dunia.
Temuan ini juga membuktikan keberadaan manusia
modern, Homo sapien, yang mendiami wilayah Eropa. Adanya beberapa sampel
seni figuratif dan dekorasi pribadi yang khas mendukung hipotesis bahwa sungai
Danube merupakan koridor utama pergerakan manusia dan inovasi teknologi ke
Eropa Tengah pada masa itu.