Pertamakali muncul istilah Britpop adalah pada akhir 1980 di majalah Sound oleh John Robb – seorang jurnalis – yang ditujukan pada beberapa band seperti The Stone Roses dan The La. Istilah ini kemudian menjadi sangat populer sebagai satu sub genre rock alternatif yang mengusung gerakan reaktif reaksi terhadap berbagai jenis musik dan tren budaya pada akhir 1980-an dan awal 1990-an, terutama fenomena grunge Amerika Serikat.
Genre ini memposisikan diri sebagai sebuah kekuatan musik yang bersebrangan dengan musik dari daratan Amerika. Ia mencirikan kebudayaan Inggris yang lahir dari perpaduan beragam jenis musik khususnya genre seperti British Invasion, glam rock, dan punk rock, dengan ciri khas lirik-lirik romantis dan sendu serta gaya yang melankolis.
Britpop berhasil menggebrak dunia musik Amerika Serikat yang saat itu dikuasai genre musik alternatif dan grunge dan mendapat respons positif pasar musik dunia. Band-band Suede dan Blur, disusul Oasis, Pulp, Supergrass, Sleeper, Radiohead dan Elastica berhasil membawa rock alternatif Inggris ke dalam mainstream dan membentuk pondasi gerakan yang lebih besar dari budaya Inggris yang disebut Britannia Cool.
Era berikutnya, Coldplay, Placebo, Travis, dan Radiohead muncul menunjukkan masih adanya eksistensi Britpop dengan mempertahankan musik mereka berlirik romantis dan sendu.
Di Indonesia, invasi Britpop pada pertengahan 90-an juga terlihat. Pure Saturday dan Cherry Bombshell merupakan diantara pengusung generasi pertama genre ini. Menyusul kemudianThe Sastro, Ballads of The Cliche, C’mon Lennon, Nidji dan beberapa lainnya yang setia mengusung genre yang sama hingga saat ini.